Rabu, 27 Mei 2015

Teknik mendaki gunung

Teknik mendaki gunung
PANDUAN MENDAKI GUNUNG

Banyak orang masih bertanya-tanya sampai sekarang, Apa sih enaknya naik gunung?  Badan capai, dingin, lapar, dan bisa mati juga. Seperti orang kurang kerjaan saja. Tapi, sebenarnya kalau kita tahu trik-trik dalam pendakian gunung. Kegiatan ini ternyata bisa juga dinikmati dan aman-aman saja selama kita tahu batas kemampuan diri sendiri.
Pertama kali yang harus di ketahui dalam perjalanan pendakian gunung adalah bagaimana teknik berjalan. Tentu agak aneh juga kedengarannya. Setiap orang yang punya kaki dan tidak lumpuh pasti bisa berjalan, terus apalagi yang harus dipelajari?
Keseimbangan.
Inilah jawaban mengapa kita wajib belajar lagi tentang teknik berjalan di gunung. Di sana, cara berjalan kita tak sama seperti saat kita berjalan di jalan-jalan perkotaan. Di gunung kita harus membawa banyak beban di punggung kita. Kemudian ditambah faktor medan perjalanan yang kadang harus mendaki punggungan-punggungan gunung yang curam, atau melintasi lembah panjang tak bertepi, bahkan kadang-kadang menuruni ceruk-ceruk dalam yang teramat kelam pada akhirnya. Dengan situasi medan seperti itu ditambah dengan beban berat di punggung, maka faktor keseimbangan tubuh adalah mutlak untuk dipelajari.
Maka itu diperlukan harmoni untuk mencapainya. Aturan napas dan gerak langkah haruslah seirama satu sama lainnya. Seperti juga dalam sebuah orkes simfoni, keterpaduan antara pengaturan permainan napas yang disingkronkan dengan gerak langkah yang tidak kaku menjadi sebuah harmonisasi nada tersendiri. Dan jadikan gerak melangkah dalam perjalanan itu sebuah seni tersendiri.
Memang benar ada beberapa prinsip dalam berjalan yang harus dituruti. Seperti melangkahlah dengan langkah-langkah kecil saja. Sebab langkah yang terlalu lebar membuat beban yang dibawa menjadi hanya bertumpu pada satu kaki saja, sehingga membuat keseimbangan kaki menjadi gampang goyah. Selain itu keuntungan lain yang
didapat dengan melangkah kecil-kecil adalah membuat napas lebih mudah diatur. Hal ini berdampak langsung pada sistem penghematan tenaga yang terbuang.
Memang efek samping yang paling kentara dari berjalan dengan langkah kecil ini adalah melambatnya irama jalan. Tapi itu lebih baik adanya daripada berjalan cepat-cepat tapi banyak istirahat yang dibutuhkan. Sedangkan parameter yang dapat dijadikan pegangan untuk mengetahui sampai batas seberapa kita melebihi irama jalan adalah saat kita mulai merasa sulit berbicara dengan rekan seperjalanan. Ini biasanya disebabkan karena irama napas yang mulai tidak teratur dan hal tersebut menjadi tanda bahwa berarti kita berjalan terlalu cepat.
Teknik Istirahat
Buat seorang pehobi mendaki gunung berpengalaman, berjalan terus-menerus selama dua sampai tiga jam tanpa istirahat bukanlah berat. Tingginya jam jalan dan latihan yang terus-menerus membuat stamina dan kekuatan seperti itu bisa diperoleh. Buat ukuran kita, para awam dapat berjalan satu jam terus-menerus dengan diselingi istirahat selama sepuluh menit adalah wajar.
Saat istirahat juga banyak faktor yang harus diperhatikan. Seperti, duduklah dengan kaki menyelonjor lurus ke depan. Karena hal ini dapat melancarkan kembali aliran darah yang sebelumnya hanya terpusat ke kaki. Usahakan cari tempat yang tidak terlalu berangin, karena angin dapat mengerutkan otot yang sedang beristirahat tersebut. Minum air yang berenergi dan bukalah sedikit makanan ringan yang kita bawa, untuk mempercepat proses recovery pada tubuh.
Pendapat yang mengira bahwa meneguk minuman keras di gunung itu baik adalah salah adanya. Memang kehangatan bisa kita dapat dari minuman tersebut tapi pembuluh darah dalam kulit menjadi mengembang dan memberi kesempatan udara dingin masuk ke dalam tubuh. Kehangatan sesaat yang kita terima tidak seimbang dengan akibat setelahnya, yaitu kedinginan dalam jangka waktu lama. Lagipula tak baik bila meminum minuman keras bila sedang dalam berjalan di gunung, selain bisa mengakibatkan mabuk yang bisa berdampak bahaya untuk si pendaki sendiri.
Atur waktu istirahat, jangan terlalu lama juga. Selain sayang pada otot-otot kaki yang sudah memanas dan kencang menjadi mengendur karena kelamaan istirahat. Tapi, bila dirasakan Anda memerlukan istirahat lebih lama dari biasanya itu pertanda Anda berjalan terlalu cepat. Dan bila tiba-tiba tiap setengah jam atau kurang Anda merasa membutuhkan istirahat itu berarti pertanda tubuh kita sudah terlalu lemah dan lelah.
Masalah kelelahan ini haruslah dipertimbangkan masak-masak. Bila hal ini terjadi tak jauh dari puncak tempat tujuan mungkin kita bisa memaksakan untuk mencapainya. Tapi, bila terjadi di tengah perjalanan dan puncak tempat tujuan kita masih terasa jauh dari depan mata lebih disarankan mengambil istirahat panjang, kalau perlu dirikan tenda untuk beristirahat.
Memilih lokasi istirahat juga harus memperhatikan banyak hal. Pilihlah lokasi istirahat yang memiliki pemandangan indah, karena paling tidak secara psikologis menikmati pemandangan dapat mengurangi perasaan lelah yang timbul selama dalam perjalanan. Makan dan minum secukupnya, kalau perlu dimasak dahulu agar hangat dan segar. Baik juga kalau kita memakan sedikit garam untuk menghindari keram.

Medan 
Selanjutnya yang perlu diperhatikan saat berjalan di gunung adalah memperhatikan betul medan yang akan kita tempuh. Medan yang berumput dan terjal kadang membahayakan, apalagi saat basah karena hujan atau embun pada pagi hari. Bila kita tak berhati-hati melewatinya, tergelincirlah akibatnya. Apalagi bila kita memakai sepatu yang tidak mempunyai sol ber-‘kembang’ yang layak. Sama juga seperti pada medan yang berlumpur dan becek, cenderung licin dan berbahaya.
Di daerah yang penuh kerikil dan batu-batu tajam disarankan berhati-hati dan tidak bertindak ceroboh. Tidak berbeda juga di saat kita menemui daerah dengan batu-batu besar seperti saat di sungai. Kalau bisa melompat dari satu batu ke batu lainnya lebih disarankan. Tapi ini memerlukan kecepatan gerak dan ketepatan dalam melangkah, karena kadang batu tempat kita berpijak sudah bergulir saat kita akan pindah ke batu yang lain. Faktor kelelahan dan pengalaman juga bisa menjadi acuan bila ingin meloncat-loncat seperti ini. Bila kita sudah terlalu lelah cara yang paling aman adalah dengan menaiki satu per satu batu-batu tersebut dan memeriksa dahulu batu-batu yang akan dipijak agar tidak bergulir nantinya.
Lain lagi bila menemui daerah dengan karakter berpasir. Berjalan mendaki di daerah seperti ini lebih sukar daripada berjalan di atas tanah keras. Setiap kali dua kali melangkah ke atas tanah akan melorot ke bawah sebanyak satu langkah. Kadang-kadang perlulah menyepakkan kaki agar tanah memadat dan tidak melorot lagi. Bila kita menjadi orang kedua kita bisa mempergunakan jalur yang pernah dilalui orang pertama, hal ini bisa menghemat tenaga karena tanah berpasir bekas jejak menjadi lebih padat dan keras.
Juga jangan cepat percaya pada pepohonan kecil-kecil yang berada di pinggir-pinggir tebing. Seringkali pohon tersebut tak cukup kuat untuk menahan tubuh kita, sehingga gampang tercabut saat kita memakainya untuk menahan bobot badan. Pakailah pohon-pohon tersebut hanya sebagai keseimbangan saja.
Jangan terburu-buru mengambil keputusan memotong lintasan yang sudah ada. Memang kadang lintasan tersebut terasa jauh bila kita melewatinya. Tapi percayalah, hal tersebut biasanya dikarenakan faktor mengikuti bentukan alam yang ada di daerah tersebut. Memang itu adanya jalur yang terbaik. Juga biasanya jalur-jalur memotong itu lebih sulit adanya, lebih baik jalan sedikit melingkar tapi dapat menghemat tenaga daripada mengikuti lintasan memotong tapi terkuras tenaga.
Jadi, patut diulang lagi. Ucapan-ucapan yang mengatakan bahwa naik gunung itu susah adalah bohong belaka. Ternyata kita bisa menikmatinya, dan bahaya-bahaya yang timbul di sana sebenarnya bisa diminimalkan dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan tersebut. Dan dengan menjadikan sebuah perjalanan menjadi sebuah seni adalah cara tersendiri dalam menikmati ciptaan-Nya.
 


Teknik Survival Di Hutan

Teknik Survival Di Hutan
PENDAHULUAN
Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan, karena kita
bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai alam ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa. Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana
olahraga (sport) , kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research),
pelatihan (training) atau sekedar bersantai (refreshing) menikmati keindahan alam.
Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (hiking),
panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting), menyelam
(diving), selancar (surfing) atau praktek/praktikum lapangan di alam bebas.
Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah
persiapan dan perencanaan kegiatan yang matang, meliputi persiapan alat/perlengkapan,
kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan dan data informasi mengenai lokasi,
jalur, medan serta cuaca. Kemanapun lokasi yang kita tuju, apapun jenis medan yang
dilalui, seberapa buruknya cuaca yang dihadapi atau seberapa besar hambatan yang
datang, bukanlah suatu masalah yang berarti jika dibekali dengan persiapan dan
perencanaan yang matang.
Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan direncanakan secara matang, maka akan
menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival)
sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak
diharapkan tersebut. Pengetahuan tentang survival sangat diperlukan bagi orang yang
biasa beraktivitas di alam bebas sebagai "senjata" yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat.
PERSIAPAN DAN PERENCANAAN KEGIATAN
Persiapan dan perencanaan kegiatan di alam bebas harus disesuaikan dengan jenis
dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan persiapan dan perencanaan yang
matang akan mengurangi resiko buruk yang mungkin timbul selama kegiatan, antara lain iklim/cuaca yang ekstrim, medan yang sulit dilewati atau sumber air yang kurang.
Kondisi-kondisi tersebut harus diantisipasi sedini mungkin dengan persiapan fisik,
mental, keterampilan (skill) dan data informasi. Addy (2002) menambahkan bahwa
sebelum melakukan kegiatan di alam bebas harus mempersiapkan dan merencanakan
kegiatan dengan baik terutama informasi jalur, medan dan cuaca, kesehatan dan kondisi
fisik, biaya perjalanan, kelengkapan identitas diri serta perlengkapan pakaian dan logistik.
Perencanaan kegiatan akan mempermudah mengorganisir kegiatan yang akan
dilakukan, dengan mengeliminasi kemungkinan resiko buruk yang mungkin terjadi.

Menurut Yudiawan (2002), perencanaan tersebut harus berdasar kepada “Pedoman 5 W +
1 H” yaitu Who, What, Why, When, Where dan How.
1. Who, siapa yang mengadakan kegiatan, dengan siapa kita pergi, siapa yang jadi
pemimpin (leader) dan siapa yang paling berpengalaman di lapangan.
2. What, apa jenis kegiatannya, apa tujuannya, apa hambatannya, apa yang akan
dilakukan dan perlengkapan apa yang harus dibawa.
3. Why, mengapa kita harus ikut dan mengapa memilih kegiatan tersebut.
4. When, kapan kegiatannya, berapa lama waktunya, siang atau malam dan pada musim
apa kegiatan tersebut dilakukan.
5. Where, dimana tempat kegiatannya, dimana tempat mencari bantuan terdekat.
6. How, bagaimana mencapai lokasi kegiatan dan bagaimana menghadapi resiko buruk
yang mungkin terjadi.
Dari semua persiapan yang dilakukan, ada satu hal yang paling penting untuk
diperhatikan yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri terutama daya fisik dan mentalnya
(Edwin, 1987). Usaha lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan adalah
memberitahukan segala rencana kegiatan kita secara rinci kepada orang lain termasuk
perubahan rencana di tengan jalan dengan menuliskan pada secarik kertas yang
dibungkus plastik dan ditempelkan di pohon atau menyampaikan kepada pendaki lain.
PERLENGKAPAN DAN PENGEPAKAN (PACKING)
Perlengkapan yang harus dipersiapkan tergantung kepada kebutuhan, tujuan, jenis
dan lamanya kegiatan. Perlengkapan yang terlalu banyak akan membuat tidak efektif dan
efisien, sedangkan perlengkapan yang terlalu sedikit tidak bisa memenuhi kebutuhan
selama kegiatan.
Rimpala (1998) dan Rimpala (2002) menyatakan bahwa perlengakapan yang
diperlukan dalam kegiatan di alam bebas terdiri dari perlengkapan dasar, perlengkapan
khusus dan perlengkapan tambahan, sedangkan Yudiawan (2002) menyatakan bahwa
perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan di alam bebas terdiri dari perlengkapan
pribadi, perlengkapan kelompok dan perlengkapan teknis.
1. Perlengkapan Pribadi
Perlengkapan pribadi adalah barang-barang perlengkapan untuk memenuhi semua
kebutuhan pribadi tanpa mengandalkan orang lain, yaitu:
a.       Sepatu (harus kuat, lentur, aman/safety , nyaman, anti selip) dan kaos kaki (cukup
tebal, kuat, nyaman dan terbuat dari wol atau sintetis)
b.      Pakaian lapangan (nyaman, tahan lama, cepat kering, melindungi tubuh dari
berbagai kondisi lingkungan dan terbuat dari polyester atau polypropilena atau
memenuhi 3 W yaitu wicking, warmth, water/wind proofing)
c.       Tas/ransel (kokoh, bahannya kuat, tahan air dan mempunyai sabuk pinggang
untuk mengurangi goyangan ransel)
d.      Ponco/rain coat
e.       Perlengkapan tidur (bersih, kering, hangat dan nyaman terdiri dari pakaian tidur,
matras, kantong tidur/sleeping bag dan jaket/sweater)
f.        Perlengkapan mandi (handuk, sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan shampo)
g.      Air minum dan makanan (harus cukup kualitas dan kuantitasnya)
h.       Alat navigasi (kompas, peta, altimeter dan GPS=Global Positioning System)
i.         Alat tulis (ballpoint, buku dan pensil)
j.         Perlengkapan penunjang (menunjang kegiatan yang dilakukan, seperti HT (handy
talkie), HP (hand phone), pelindung pacet/gaithers, kelambu dan lainnya)
k.       Survival kit yang terdiri dari pisau serbaguna, alat pancing, jarum jahit, benang,
tali jerat, gunting, cermin, peluit, kompas, ketapel, karet, lup, peniti, korek api
dalam kemasan kedap air, makanan berkalori tinggi, senter, obat-obatan, radio
komunikasi dan balon.
2. Perlengkapan Kelompok
Perlengkapan kelompok adalah barang-barang perlengkapan yang dibawa untuk
memenuhi kebutuhan semua anggota kelompok, yaitu tenda, obat-obatan P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaaan), peralatan masak dan makan, golok serta tali.
3. Perlengkapan Teknis
Perlengkapan teknis adalah perlengkapan yang digunakan untuk beraktivitas di
alam bebas, tergantung jenis dan tujuan kegiatan. Perlengkapan kegiatan hiking berbeda
dengan kegiatan caving, begitu juga dengan kegiatan yang lainnya.
4. Packing
Packing adalah pengepakan barang-barang yang sudah terdata dan pasti akan
dimasukkan ke dalam ransel. Packing akan memudahkan pengambilan barang saat
diperlukan, membagi titik berat pada ransel dan menjaga keseimbangan ransel sehingga
tidak terlalu berat jika dibawa.
Menurut Rimpala (1997) dan Yudiawan (2002) prinsip packing adalah barang
yang berat diletakkan di bagian atas ransel dan sedekat mungkin ke bagian tubuh,
menempatkan barang yang penting dan sering digunakan pada tempat yang mudah
dijangkau serta mengelompokkan barang-barang dan melindunginya dengan
membungkusnya dalam plastik (trash bag). Edwin (1987) menambahkan prinsip
memanfaatkan ruangan yang ada di dalam ransel seefisien mungkin.
Buatlah daftar barang (chechlist) dan periksa kembali pada saat barang
dimasukkan ke ransel, untuk menghindari adanya barang yang tertinggal. Checklist
merupakan petunjuk yang dapat membuat suatu prosedur yang teratur dan
membangkitkan kepercayaan diri kepada pemula (Ismunandar, 1992).
NAVIGASI DARAT
Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan, baik di medan perjalanan
atau di peta. Navigasi terdiri atas navigasi darat, sungai, pantai dan laut, namun yang
umum digunakan adalah navigasi darat (Yudiawan, 2002).
Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu
tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam
dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas (Rimpala, 1994, Rimpala 1997,
Rimpala 1998 dan Rimpala 2002). Rimpala 1997 menyatakan bahwa pekerjaan navigasi


darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan
resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan resection,
perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.
1. Alat-alat navigasi terdiri dari:
a. Kompas adalah alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan sifat
magnetik kutub bumi. Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N
(north = utara), S (south = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta
arah mata angin lainnya yaitu NE (north east = timur laut), SE (south east =
tenggara), SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut). Jenis
kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva, kompas orientasi dan
kompas bidik/prisma.
b. Altimeter adalah alat untuk menentukan ketinggian suatu tempat berdasarkan
perbedaan tekanan udara.
c. Peta adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua
dimensi dengan perbandingan skala tertentu. Jenis-jenis peta terdiri dari peta
teknis, peta topografi dan peta ikhtisar/geografi/wilayah. Bagian-bagian peta
antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda dan
deklinasi magnetis.
d. GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri
dari beberapa satelit dan stasiun bumi. Fungsinya adalah menentukan lokasi,
navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain), tracking (memonitor
pergerakan seseorang/benda), membuat peta di seluruh permukaan bumi dan
menentukan waktu yang tepat di tempat manapun.
2. Menentukan arah tanpa alat navigasi
Menurut Yudiawan (2002) selain menggunakan alat-alat navigasi, kita juga dapat
menentukan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:
a. Tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang
b. Tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan membuat kompas sendiri dari
jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di atas permukaan air
c. Flora dan fauna:
- Tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat
- Lumut-lumutan Parmelia sp. dan Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik
(lebat) pada bagian barat pohon
- Tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur
- Sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan
3. Mencegah dan menanggulangi keadaan tersesat
Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak mengetahui posisi yang sebenarnya dan
arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya disebabkan karena berjalan pada malam
hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu
titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas. Yudiawan (2002)
menyatakan bahwa hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain:

a.       Selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
b.      Selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang
dimiliki
c.       Tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap
persimpangan
d.      Perhatikan objek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
e.       Pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut
jika dilihat dari arah berlawanan
f.        Pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
g.      Gunakanlah kompas sebelum tersesat
h.       Belajar membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angin
Jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada
pemimpin.


Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah S T O P, yaitu:
S = Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
T = Thinking, berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
O = Observation, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian
tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus
dihindari
P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan
sesuatu yang akan anda lakukan (Addy, 2002).
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah:
a. Membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk
b. Tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
c. Orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/memanjat pohon
d. Gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam
e. Buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya
dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak
f. Tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun
g. Memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air
dan lainnya.
SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah
berusaha mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum
mendapatkan pertolongan (Yudiawan, 2002). Rimpala (1997) menyatakan survival
adalah suatu kondisi dimana seseorang/kelompok orang dari suatu kehidupan normal
(masih sebagaimana direncanakan) baik tiba-tiba atau tanpa disadari masuk ke dalam
situasi tidak normal (di luar garis rencananya).
Orang yang melakukan survival disebut survivor. Survival yang biasa dilakukan
yaitu di hutan/alam bebas sehingga disebut juga jungle survival. Survival terjadi karena


adanya kondisi darurat yang disebabkan alam, kecelakaan, gangguan satwa atau kondisi
lainnya.
Rimpala (1997), Rimpala (1998) dan Rimpala (2002) menyatakan bahwa setiap
huruf dari kata survival merupakan singkatan dari langkah-langkah yang ahrus kita ingat
dan lakukan yaitu:
S : Size up the situation
U : Undue haste makes waste
R : Remember where you are
V : Vanguish fear and panic
I : Improve
V : Value living
A : Act like the native
L : Learn basic skill
Secara umum aspek-aspek dalam kondisi survival dibagi tiga yang saling
mempengaruhi dan berkaitan yaitu aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung,
tertekan, bosan), aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah) dan aspek lingkungan
(panas, dingin, kering, hujan).
1. Komponen pokok survival terdiri atas:
a. Sikap mental berupa hati yang kuat untuk bertahan hidup, mengutamakan akal
sehat, berpikir jernih dan optimis
b. Kondisi fisik yang fit dan kuat
c. Tingkat pengetahuan dan keterampilan
d. Pengalaman dan latihan
e. Perlengkapan berupa survival kit.
2. Langkah-langkah survival
a. Jika tersesat lakukan tindakan pedoman STOP (Seating, Thinking, Observation,
dan Planning)
b. Lakukan pembagian tugas kepada anggota kelompok
c. Tetap berusaha mencari pertolongan
d. Hemat terhadap penggunaan makanan, minuman dan tenaga
e. Hindari dan jauhi masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu dari diri sendiri,
orang lain dan alam.
3. Kebutuhan dasar survival
a. Air
Syarat-syarat fisik air bersih yang layak untuk diminum adalah tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Sumber air antara lain mata air, sungai, air
hujan, embun, tumbuhan (rotan, pisang, lumut, akar gantung, kantung semar), hasil
kondensasi tumbuhan dan air galian tanah.
b. Makanan
Saat sumber makanan yang dibawa semakin berkurang, kita dapat
memanfaatkan sumber makanan dari alam berupa flora (tumbuhan) dan fauna
(hewan). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah buah, batang, daun dan akar
(umbi). Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tumbuhan:
- Hindari tumbuhan berwarna mencolok
- Hindari tumbuhan bergetah putih, kecuali yang sudah dikenal aman dimakan
- Mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan ke kulit. Biasanya tumbuhan yang
berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh.
- Variasikan makanan yang dimakan untuk menghindari akumulasi zat yang
mungkin buruk bagi kesehatan
- Jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan.
Hampir semua unggas dan ikan dapat dijadikan sumber makanan, begitu juga
dengan beberapa jenis serangga, reptil dan mamalia. Kendala utama untuk
mendapatkan hewan-hewan liar tersebut adalah cara menangkapnya. Oleh karena itu
perlu membuat perangkap (trap) untuk mempermudah menangkap hewan liar
tersebut.
c. Shelter
Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan
kenyamanan dan melindungi dari keadaan panas, dingin, hujan dan angin. Shelter
dapat menggunakan alam yang ada seperti gua, lubang pohon dan celah di batu
besar. Selain itu dapat dibuat dari tenda, plastik dan ponco atau menggunakan bahan
dari alam seperti daun-dauanan atau ranting.
d. Api
Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak
makanan dan minuman, menghangatkan tubuh, mengusir hewan buas membuat
tanda/kode, dan merokok. Sumber api berasal dari korek api, lup/teropong,
menggosok-gosokkan kayu dnegan kayu, membenturkan logam dengan logam atau
batu.
Ada hal lain yang menentukan lamanya kita berada pada kondisi survival, yaitu
keputusan apakah kita akan menetap (survival statis) atau bergerak keluar mencari
bantuan (survival dinamis).
PENUTUP
Survival adalah berusaha mempertaahankan hidup di alam bebas dari hambatan
alam sebelum mendapatkan pertolongan. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat
yang sulit diprediksi/diperkirakan seperti disebabkan oleh alam, kecelakaan, gangguan
satwa atau kondisi lainnya.
Persiapan dan perencanaan kegiatan adalah salah satu langkah untuk
mengantasipasi kondisi darurat yang mungkin terjadi di lapangan. Hal ini termasuk
peralatan/perlengkapan dan pengetahuan dasar mengenai survival. Namun hal yang
paling menentukan adalah faktor diri sendiri

Teknik Survival di Gunung

SURVIVAL
Survival di Gunung - Gunung adalah salah satu lingkungan yang tidak lazim dihuni oleh manusia. Namun gunung sering menjadi tempat pilihan pertama bagi sebagian orang untuk kegiatan mereka. Kondisi alam di gunung sangatlah sulit ditebak. Kadang cuaca cerah tapi dengan hitungan menit sudah menjadi hujan disertai angin kencang. Selain itu cuaca di gunung sangat dingin. Tak heran jika banyak terjadi kecelakaan di gunung. Melakukan persiapan dengan baik sebelum melakukan kegiatan di gunung adalah tindakan survival yang utama dan paling mudah dilakukan, tapi manfaatnya adalah sangat besar bagi nyawa manusia. Mengenal medan Secara umum kondisi medan di gunung adalah berbahaya, terutama bagi orang yang tidak pernah mengenalnya, namun bagi sebagian orang gunung adalah tempat yang sangat dicintai karena alamnya yang sangat indah. Selain itu ada sensasi sendiri bagi orang yang bisa mendaki dan mencapai puncak gunung. Berikut adalah beberapa hal tentang kondisi medan di gunung :
· Suhu udara dingin, beberapa gunung di Indonesia bahkan bisa mencapai 0 derajat celcius.
· Kontur tanah tidak rata, banyak jurang dan lembah.
· Sebagian gunung di Indonesia lerengnya terdapat hutan yang lebat, sehingga banyak sumber makanan dan air, namun di bagian puncak gunung, hampir tidak ada sumber makanan.
· Untuk gunung yang mempunyai hutan di lerengnya, biasanya terdapat binatang seperti harimau, babi hutan, ular berbisa dan anjing liar.
Persiapan Hal yang perlu disiapkan ketika melakukan kegiatan di gunung adalah :
* Kondisi tubuh yang sehat.
* Kondisi mental yang stabil.
* Tujuan melakukan kegiatan di gunung harus jelas, supaya pola kegiatan yang dilakukan bisa direncanakan dengan baik. Mengingat kondisi medan di gunung berbeda dengan kondisi medan yang biasa kita hadapi, maka ada peralatan-peralatan dan bahan yang harus kita siapkan dan bawa yaitu:
* Peralatan Dasar
1. Pakaian yaitu : baju lapangan, kaus dari bahan yang bisa menyerap keringat, jelana (buka jins), pakaian dalam secukupnya, jas hujan, kaus kaki, kaus tangan, penutup kepala (topi rimba dan balaclava), ikat pinggang, sepatu untuk mendaki (trekking).
2. Peralatan untuk beristirahat : shelter (tenda buatan atau alami), sleeping bag, matras atau alas.
3. Peralatan untuk masak : kompor, panci, gelas / piring (dari plastik atau bahan lain yang tidak mudah pecah), pematik api, dan bahan bakar (disesuaikan dengan kompor atau pemanas yan tersedia)
4. Peralatan Pribadi : sabun, sikat gigi, handuk, obat pribadi, jarum, benang dan peralatan lain sesuai kebiasaan.
5. Ransel atau tas punggung yang sesuai dengan barang bawaan dan pisau rimba dan ponco.
·Peralatan tambahan
1. Peralatan Navigasi : GPS, peta, kompas, jam tangan
2. Peralatan Fotografi : kamera SLR atau pocket, handycam.
3. Peralatan Komunikasi : telepon selular, handy talky.
Etika di gunung
Di manapu kita berada sebaiknya kita tetap menjaga kebiasaan lingkungan setenpat. Maka ketika melakukan kegiatan di gunung, kebiasaan atau aturan penduduk asli haus kita hormati dan jangan sekali-kali menentangnya. Selain menghormati kebiasaan setempat, berikut adalah hal-hal yang sebaiknya kita lakukan :
· Kendalikan diri, dan ketahuilah kemampuan diri sendiri
· Jangan meninggalkan sampah.
· Jangan meninggalkan api.
· Jika menemukan sumber makanan dan air gunakan seperlunya saja.
· Jagalah keseimbangakn ekosistem yang ada, jangan merusak dan memberi tanda-tanda permanen di gunung. · Gunakanlah jalur yang normal dan aman
· Selalu mengingat jalur mana yang telah dilewati, jika tersesat maka bisa kembali ke jalan semula.
Kecelakaan di gunung
Kegiatan di gunung memang rawan terhadap kecelakaan. Penyebabnya adalah kondisi medan di gunung yang ekstrim. Kecelakaan di gunung biasanya disebabkan oleh :
· Kedinginan
· Kelaparan
· Kehausan
· Kehilangan arah / tersesat
Kedinginan
Hampir sebagian besar korban kecelakaan gunung disebabkan oleh kedinginan. Maka untuk menanmbah angka korban tersebut ada baiknya bertindak cermat ketika kedinginan melanda. Akibat dari kedinginan Akibat dari kedinginan adalah penyakit hipotermia, kondisi tubuh tidak normal karena kedinginan (suhu normal manusia 36-37 derajat celcius). Hipotermia disebabkan karena panas di permukaan tubuh sudah hilang sehingga organ-organ tubuh pun akan mengalami kedinginan. Jika pembuluh darah sampai mengerut karenan kedinginan maka akibatnya sangat fatal, karena bagian tubuh yang sirkulasi darahnya terhenti akan rusak dan penanganannya adalah amputasi. Selain gangguan di organ-organ tubuh, orang yang mengalami hipotermia akan kehilangan koordinasi tubuh dan pola pikir rasional, maka tak heran jika orang yang menderita hipotermia bicaranya akan kacau di luar sadar, bahkan bisa pingsan. Mencegah dan menangani kedinginan
Beberapa point penting ketika mengalami kedinginan adalah :
·Jaga agar pakaian dan tempat istirahat tetap kering
· Jaga peralatan dan pakaian yang dikenakan dalam keadaan bersih
· Makan dan minuman yang panas dan mengandung banyak kalori
· Kurangi aktifitas yang tidak perlu.
· Berlindung di tempat yang aman.
Untuk mencegah kedinginan ketika di gunung yang paling mudah adalah gunakan pakaian penahan dingin seperti jaket. Tetaplah gunakan pakaian yang dapat menyerap keringat dengan baik seperti kaus dari bahan katun sebagai lapisan pertama yang menyentuh kulit. Pakailah juga kaus tangan dan kaus kaki yang baik dan cukup tebal untuk menahan dingin. Selain pakaian, untuk mengatasi dinginnya udara dingin, adalah memanfaatkan api. Dengan membuat perapian maka panas tubuh dapat terjaga dengan baik. Untuk membuat api usahakanlah agar tetap terlokalisasi. Caranya gunakan batu sebagai batas perapian dan sebelum meninggalkan tempat pastikan bahwa api sudah benar-benar padam, kalau perlu siramlah dengan air. Jangan sampai perapian yang dibuat menjadi penyebab musnahnya ekosistem. Cara lain adalah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman hangat. Jika kedinginan maka tubuh akan bereaksi melakukan pembakaran kalori menjadi panas. Tapi jika kalori tidak tersedia maka akibatnya akan fatal. Maka makanan dan minuman hangat adalah usaha pencegahan kedinginan dari dalam tubuh yang baik. Perlu diingat juga agar kedinginan tidak menyerang adalah jangan berada di lokasi hempasan angin.
Kelaparan
Ini adalah ancaman bahaya yang paling gampang diprediksi dan ditanggulangi. Sebagai manusia yang setiap kali makan, maka seharusnya bisa mengukur berapa makanan yang diperlukan dalam jangka waktu tertentu. Rumus yang sering digunakan untuk membawa jumlah makanan yang diperlukan adalah 2n+1 (n adalah jumlah hari selama melakukan kegiatan), jika kegiatan dilakukan selama 2 hari, maka perbekalan yang dibawa adalah 5 x jumlah makanan dalam kondisi normal. Jika sampai terjadi kelaparan maka penyebabnya adalah: salah perhitungan, hilang, atau tersesat sehingga waktu kegiatan menjadi lebih lama. Kelaparan akan menjadi masalah serius, dalam jangka waktu tertentu, tergantung kondisi masing-masing orang, kelaparan dapat menyebabkan kematian. Satu-satunya jalan untuk mengatasi bahaya kelaparan di gunung adalah mencari bahan makanan dan makan.
Kehausan
Air adalah bagian yang sangat penting dalam tubuh manusia. Kekurangan cairan dalam tubuh akibatnya sangat fatal (kematian) dibandingakan kekurangan makanan. Dampak dari kehausan atau dehidrasi adalah : · Pingsan · Kehilangan orientasi dan pola pikir rasional
· Gerakan-gerakan tubuh tidak terkoordinasi (gemetar)
· Mati Jika dalam keadaan dihidrasi, maka langkah darurat yang harus dilakukan adalah :
· Mencari tempat berteduh (jika cuaca panas)
· Istirahat dan kurangi aktifitas yang tidak perlu.
· Cari sumber air yang bisa dimanfaatkan dengan aman
Kehilangan arah / tersesat
Kegiatan di alam terbuka mempunyai resiko utama tersesat. Ketika orang tersesat maka kondisi mental mereka akan menurun, panik, lebih-lebih jika sendirian. Berikut tip untuk menangani keadaan tersebut :
· Pastikan bahwa dalam perjalanan, arah yang dituju benar, paling tidak ada orang lain yang tahu arahnya.
· Selalu gunakan alat-alat navigasi seperti peta, kompas, GPS, dan alat komunikasi.
· Jika sudah tersesat, kembali lagi ke jalan sebelumnya, jika tidak ketemu maka langkah yang terbaik adalah berhenti dan beristirahat dulu, berpikir, kenali medan dengan bantuan alat navigasi dan merencanakan tindakan selanjutnya – Rumus STOP (Site, Thingking, Observation, Planing)
· Gunakanlah alat komunikasi untuk mengubungi orang lain.
Jika tersesat dan perjalanan tidak mungkin dilakukan maka langkah yang ditempuh adalah :
· Buat tempat perlindungan untuk istirahat.
· Jaga agar kondisi tubuh tetap dapat beraktifitas dengan baik.
· Periksa peralatan dan bahan makanan, jika tidak cukup, maka sebaiknya mencari.
· Komunikasi dengan orang lain, jika tidak mungkin maka buat tanda untuk menarik perhatian orang.
Rangkuman dari :
- Survival, Evacuation and Recovery SEAL-
-  Survival FM 21-76
-  Military Mountaineering
-  dan sumber lain


NAVIGASI DARAT



Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.

Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
  • Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
  • Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
  • Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
  • Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
  • Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
  • Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
  1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
  2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
  1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
  2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
    • Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
    • Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
    • Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
    • Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
    • Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
  1. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
  2. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
  3. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
  4. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
  5. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
  6. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
  7. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
  8. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan 
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
  • Badan, tempat komponen lainnya berada
  • Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
  • Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.

Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
  1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
  2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
  3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
  4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
  5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.

Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
  3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
  4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
  5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
  3. Bidik obyek yang kita amati
  4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
  5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
  6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
  • Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
  • Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.

Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
  1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
  2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
  3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
  4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
  5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
  1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
  2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
  3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
  4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
  1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
  2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
  3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
  4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
  5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.



Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
  1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
  2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
  3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]
dan senantiasa ;
  1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
  2. Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
  3. Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.