Teknik
mendaki gunung
PANDUAN MENDAKI GUNUNG
Banyak orang masih bertanya-tanya
sampai sekarang, Apa sih enaknya naik gunung? Badan capai, dingin, lapar, dan bisa mati juga. Seperti orang
kurang kerjaan saja. Tapi, sebenarnya kalau kita tahu trik-trik dalam pendakian gunung. Kegiatan ini ternyata bisa juga dinikmati dan
aman-aman saja selama kita tahu batas kemampuan diri sendiri.
Pertama kali yang harus di ketahui
dalam perjalanan pendakian gunung adalah bagaimana teknik berjalan. Tentu agak
aneh juga kedengarannya. Setiap orang yang punya kaki dan tidak lumpuh pasti
bisa berjalan, terus apalagi yang harus dipelajari?
Keseimbangan.
Inilah jawaban mengapa kita wajib
belajar lagi tentang teknik berjalan di gunung. Di sana, cara berjalan kita tak
sama seperti saat kita berjalan di jalan-jalan perkotaan. Di gunung kita harus
membawa banyak beban di punggung kita. Kemudian ditambah faktor medan
perjalanan yang kadang harus mendaki punggungan-punggungan gunung yang curam,
atau melintasi lembah panjang tak bertepi, bahkan kadang-kadang menuruni
ceruk-ceruk dalam yang teramat kelam pada akhirnya. Dengan situasi medan
seperti itu ditambah dengan beban berat di punggung, maka faktor keseimbangan
tubuh adalah mutlak untuk dipelajari.
Maka itu diperlukan harmoni untuk
mencapainya. Aturan napas dan gerak langkah haruslah seirama satu sama lainnya.
Seperti juga dalam sebuah orkes simfoni, keterpaduan antara pengaturan
permainan napas yang disingkronkan dengan gerak langkah yang tidak kaku menjadi
sebuah harmonisasi nada tersendiri. Dan jadikan gerak melangkah dalam
perjalanan itu sebuah seni tersendiri.
Memang benar ada beberapa prinsip
dalam berjalan yang harus dituruti. Seperti melangkahlah dengan langkah-langkah
kecil saja. Sebab langkah yang terlalu lebar membuat beban yang dibawa menjadi
hanya bertumpu pada satu kaki saja, sehingga membuat keseimbangan kaki menjadi
gampang goyah. Selain itu keuntungan lain yang
didapat dengan melangkah kecil-kecil adalah membuat napas lebih mudah diatur. Hal ini berdampak langsung pada sistem penghematan tenaga yang terbuang.
didapat dengan melangkah kecil-kecil adalah membuat napas lebih mudah diatur. Hal ini berdampak langsung pada sistem penghematan tenaga yang terbuang.
Memang efek samping yang paling
kentara dari berjalan dengan langkah kecil ini adalah melambatnya irama jalan.
Tapi itu lebih baik adanya daripada berjalan cepat-cepat tapi banyak istirahat
yang dibutuhkan. Sedangkan parameter yang dapat dijadikan pegangan untuk
mengetahui sampai batas seberapa kita melebihi irama jalan adalah saat kita
mulai merasa sulit berbicara dengan rekan seperjalanan. Ini biasanya disebabkan
karena irama napas yang mulai tidak teratur dan hal tersebut menjadi tanda
bahwa berarti kita berjalan terlalu cepat.
Teknik
Istirahat
Buat seorang pehobi mendaki gunung berpengalaman, berjalan terus-menerus selama dua sampai tiga jam tanpa istirahat bukanlah berat. Tingginya jam jalan dan latihan yang terus-menerus membuat stamina dan kekuatan seperti itu bisa diperoleh. Buat ukuran kita, para awam dapat berjalan satu jam terus-menerus dengan diselingi istirahat selama sepuluh menit adalah wajar.
Buat seorang pehobi mendaki gunung berpengalaman, berjalan terus-menerus selama dua sampai tiga jam tanpa istirahat bukanlah berat. Tingginya jam jalan dan latihan yang terus-menerus membuat stamina dan kekuatan seperti itu bisa diperoleh. Buat ukuran kita, para awam dapat berjalan satu jam terus-menerus dengan diselingi istirahat selama sepuluh menit adalah wajar.
Saat istirahat juga banyak faktor
yang harus diperhatikan. Seperti, duduklah dengan kaki menyelonjor lurus ke
depan. Karena hal ini dapat melancarkan kembali aliran darah yang sebelumnya
hanya terpusat ke kaki. Usahakan cari tempat yang tidak terlalu berangin,
karena angin dapat mengerutkan otot yang sedang beristirahat tersebut. Minum
air yang berenergi dan bukalah sedikit makanan ringan yang kita bawa, untuk
mempercepat proses recovery pada tubuh.
Pendapat yang mengira bahwa meneguk
minuman keras di gunung itu baik adalah salah adanya. Memang kehangatan bisa
kita dapat dari minuman tersebut tapi pembuluh darah dalam kulit menjadi
mengembang dan memberi kesempatan udara dingin masuk ke dalam tubuh. Kehangatan
sesaat yang kita terima tidak seimbang dengan akibat setelahnya, yaitu
kedinginan dalam jangka waktu lama. Lagipula tak baik bila meminum minuman
keras bila sedang dalam berjalan di gunung, selain bisa mengakibatkan mabuk
yang bisa berdampak bahaya untuk si pendaki sendiri.
Atur waktu istirahat, jangan terlalu
lama juga. Selain sayang pada otot-otot kaki yang sudah memanas dan kencang
menjadi mengendur karena kelamaan istirahat. Tapi, bila dirasakan Anda
memerlukan istirahat lebih lama dari biasanya itu pertanda Anda berjalan
terlalu cepat. Dan bila tiba-tiba tiap setengah jam atau kurang Anda merasa membutuhkan
istirahat itu berarti pertanda tubuh kita sudah terlalu lemah dan lelah.
Masalah kelelahan ini haruslah
dipertimbangkan masak-masak. Bila hal ini terjadi tak jauh dari puncak tempat
tujuan mungkin kita bisa memaksakan untuk mencapainya. Tapi, bila terjadi di
tengah perjalanan dan puncak tempat tujuan kita masih terasa jauh dari depan
mata lebih disarankan mengambil istirahat panjang, kalau perlu dirikan tenda
untuk beristirahat.
Memilih lokasi istirahat juga harus
memperhatikan banyak hal. Pilihlah lokasi istirahat yang memiliki pemandangan
indah, karena paling tidak secara psikologis menikmati pemandangan dapat
mengurangi perasaan lelah yang timbul selama dalam perjalanan. Makan dan minum
secukupnya, kalau perlu dimasak dahulu agar hangat dan segar. Baik juga kalau
kita memakan sedikit garam untuk menghindari keram.
Medan
Selanjutnya yang perlu diperhatikan saat berjalan di gunung adalah memperhatikan betul medan yang akan kita tempuh. Medan yang berumput dan terjal kadang membahayakan, apalagi saat basah karena hujan atau embun pada pagi hari. Bila kita tak berhati-hati melewatinya, tergelincirlah akibatnya. Apalagi bila kita memakai sepatu yang tidak mempunyai sol ber-‘kembang’ yang layak. Sama juga seperti pada medan yang berlumpur dan becek, cenderung licin dan berbahaya.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan saat berjalan di gunung adalah memperhatikan betul medan yang akan kita tempuh. Medan yang berumput dan terjal kadang membahayakan, apalagi saat basah karena hujan atau embun pada pagi hari. Bila kita tak berhati-hati melewatinya, tergelincirlah akibatnya. Apalagi bila kita memakai sepatu yang tidak mempunyai sol ber-‘kembang’ yang layak. Sama juga seperti pada medan yang berlumpur dan becek, cenderung licin dan berbahaya.
Di daerah yang penuh kerikil dan
batu-batu tajam disarankan berhati-hati dan tidak bertindak ceroboh. Tidak
berbeda juga di saat kita menemui daerah dengan batu-batu besar seperti saat di
sungai. Kalau bisa melompat dari satu batu ke batu lainnya lebih disarankan.
Tapi ini memerlukan kecepatan gerak dan ketepatan dalam melangkah, karena
kadang batu tempat kita berpijak sudah bergulir saat kita akan pindah ke batu
yang lain. Faktor kelelahan dan pengalaman juga bisa menjadi acuan bila ingin
meloncat-loncat seperti ini. Bila kita sudah terlalu lelah cara yang paling
aman adalah dengan menaiki satu per satu batu-batu tersebut dan memeriksa
dahulu batu-batu yang akan dipijak agar tidak bergulir nantinya.
Lain lagi bila menemui daerah dengan
karakter berpasir. Berjalan mendaki di daerah seperti ini lebih sukar daripada
berjalan di atas tanah keras. Setiap kali dua kali melangkah ke atas tanah akan
melorot ke bawah sebanyak satu langkah. Kadang-kadang perlulah menyepakkan kaki
agar tanah memadat dan tidak melorot lagi. Bila kita menjadi orang kedua kita
bisa mempergunakan jalur yang pernah dilalui orang pertama, hal ini bisa
menghemat tenaga karena tanah berpasir bekas jejak menjadi lebih padat dan
keras.
Juga jangan cepat percaya pada
pepohonan kecil-kecil yang berada di pinggir-pinggir tebing. Seringkali pohon
tersebut tak cukup kuat untuk menahan tubuh kita, sehingga gampang tercabut
saat kita memakainya untuk menahan bobot badan. Pakailah pohon-pohon tersebut
hanya sebagai keseimbangan saja.
Jangan terburu-buru mengambil
keputusan memotong lintasan yang sudah ada. Memang kadang lintasan tersebut
terasa jauh bila kita melewatinya. Tapi percayalah, hal tersebut biasanya
dikarenakan faktor mengikuti bentukan alam yang ada di daerah tersebut. Memang
itu adanya jalur yang terbaik. Juga biasanya jalur-jalur memotong itu lebih
sulit adanya, lebih baik jalan sedikit melingkar tapi dapat menghemat tenaga
daripada mengikuti lintasan memotong tapi terkuras tenaga.
Jadi, patut diulang lagi. Ucapan-ucapan yang mengatakan bahwa naik gunung itu susah adalah bohong belaka. Ternyata kita bisa menikmatinya, dan bahaya-bahaya yang timbul di sana sebenarnya bisa diminimalkan dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan tersebut. Dan dengan menjadikan sebuah perjalanan menjadi sebuah seni adalah cara tersendiri dalam menikmati ciptaan-Nya.
Jadi, patut diulang lagi. Ucapan-ucapan yang mengatakan bahwa naik gunung itu susah adalah bohong belaka. Ternyata kita bisa menikmatinya, dan bahaya-bahaya yang timbul di sana sebenarnya bisa diminimalkan dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan tersebut. Dan dengan menjadikan sebuah perjalanan menjadi sebuah seni adalah cara tersendiri dalam menikmati ciptaan-Nya.